JABIR BIN HAJJAN
(Perintis Ilmu Kimia Dalam Islam)
Oleh:
R.A. Syukuri Nikmah
Jabir bin Hajjan dilahirkan di Khurasan, tahun 120 H. Namanya tidak bisa dihapus begitu saja dari sejarah Islam. Karya-karya cemerlangnya pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab sejarah telah menjadi saksi bahwa Jabir bin Hajjan seorang ahli kimia Islam yang begitu berjasa kepada dunia ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila sarjana-sarjana muslim senantiasa menyebutnya sebagai “Guru Besar” dan “Bapak Kimia Islam”.
Sebagai seorang ilmuwan, Jabir bin Hajjan tidak puas begitu saja dengan teori-teori sebelumnya. Ia terus mengadakan penelitian dan percobaan tanpa mengenal lelah dan putus asa. Ternyata teori yang ditemukannya mampu menumbangkan teori-teori sebelumnya. Sekalipun dalam mengemukakan kesimpulannya ia tergolong ekstrim, namun sikapnya yang demikian selalu diikuti dengan bukti-bukti yang nyata.
Diantara keistimewaan seorang Jabir bin Hajjan adalah ketelitian dan kejujurannya dalam mengadakan eksperimen. Ia menyejajarkan antara teori dan praktek. Sebab menurutnya untuk mencapai suatu pengetahuan haruslah dengan percobaan dan praktek. Maka pantaslah jika Jabir bin Hajjan mampu menciptakan konsep yang jelas. Berdasarkan penyelidikan para sarjana Yunani, dimana pada waktu itu hanya dikenal empat unsur dalam teori kimia yakni air, api, tanah dan udara. Selanjutnya dikenal sifat yang empat pula yaitu sejuk, panas, kering, dan lembab. Sementara Aristoteles [filsuf yunani] menambahkan dua unsur pertengahan antara api dan tanah yaitu asap. Sedangkan unsur pertengahan antara udara dan air yaitu konsistensi air. Kesimpulan Aristoteles adalah bahwa terjadinya mineral disebabkan melarutnya “kedua cara” perantaraan tersebut dalam perut bumi.
Namun teori tersebut menurut Jabir, mineral itu tidak mungkin terdiri dari kedua unsur tersebut. Justru hal itu berubah kedalam dua unsur baru yaitu air raksa dan belerang. Karena pelarutan keduanya di perut bumi akan menjadi mineral. Kesimpulan Jabir memang terkesan aneh. Tapi pada akhirnya diakui oleh para kimiawan. Bahkan telah menjadi dasar teori “Phlogiston” yang berkembang selanjutnya. Teori ini menyatakan, semua substansi yang bisa terbakar dan mineral-mineral yang dapat membeku karena zat-zat air raksa, garam dapur dan belerang.
Jabir bin Hajjan sudah banyak menciptakan alat untuk penyelidikan dan percobaan. Melalui beragam penelitiannya, ia mengungkapkan soal penguapan, penyulingan [destilasi], cara pembekuan kristal dan sebagainya. Tidak hanya itu, ia mampu menunjukkan perbedaan antara penyulingan dan penyaringan dengan mengemukakan beberapa contoh, diantaranya bahwa untuk memperoleh zat warna merah [vermillion] bisa dilakukan dengan penyulingan air raksa.
Disamping itu, Jabir berhasil mengeluarkan zat-zat kimia seperti nitrat perak [silver nitrate] dan asam nitrat [nitrate acid]. Dialah yang pertama kali menemukan pelarutan nitrat perak dengan pelarutan garam dapur yang akhirnya menjadi penyebab adanya pengendapan putih dan tembaga yang menimbulkan nyala hijau.
Begitulah sosok Jabir bin Hajjan, berkat kecemerlangan pikirannya dan kesungguhannya belajar membuat sarjana-sarjana barat dan muslim merasa kagum. Dia telah menulis kurang lebih 80 buku dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia. Dan dari penemuan-penemuan sang Jabir, di Eropa perkembangan Ilmu Kimia tumbuh pesat. Berkat jasanya yang luar biasa [extradionary] namanya dikenal sepanjang zaman oleh para pengagumnya **Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar