Senin, 15 Februari 2010

ARTIKEL AGAMA


AKTUALISASI FITRAH AGAMA

TERHADAP BALITA, ANAK DAN REMAJA


Oleh:

R.A. Syukuri Nikmah, M.Si.



Sebelum diciptakan manusia melakukan perjanjian dengan Tuhannya (baca:Allah),untuk menyakini fitrah yang diyakininya. Adapun yang dibawa manusia sejak lahir hanyalah fitrah biasa. Yaitu ciptaan dasar yang menunjukkan keterpautan langsung terhadap sang Maha Pencipta yang selanjutnya merupakan modal dasar baginya untuk melangsungkan tugas “kekakhalifahan”di dunia.

Modal dasar itu tiada lain pendengaran, penglihatan dan akal budi. Kemampun basic ini tidak bias berkembang dengan sendirinya, melainkan harus aktualisasikan dengan belajar dan berinteraksi. Orang tua dan lingkungan menjadi faktor penentu tidak baik buruk putra-putrinya menentukan sikap hidup di alam fana ini.

Karena tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan hidup di dunia ini begitu besar, maka dibandingkan dengan hewan, manusia membutuhkan waktu yang lebih memadai (lama). Hal ini untuk belajar menyesuaikan diri dan lingkungannya, mengatasi hambatan-hambatan yang ada didalamnya serta diharapkan mampu menata dunianya secara utuh. Sehingga kehidupannya lebih mapan dan menemukan titik temu antara fitrah dan realisasinya. Pengaplikasian nilai-nilai semacam ini bisa dilaksanakan melalui beberapa fase:

1. Aktualisasi Fitrah Agama Pada Balita

Aktualisasi pada balita merupakan persoalan yang sangat urgen bagi semua umat. Aktualisasi nilai fitrah ini selalu menjadi segmen utama untuk mengembangkan pendidikan manusia pada masa awal. Memang pengalaman ini sangatlah sulit untuk diterapkan pada balita karena membutuhkan waktu yang lama. Pendidikan yang diterapkan orang tua dengan ucapan Ilahi Rabbi terhadap bayi yang baru lahir, dimulai adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kirinya, dilakukan untuk memantapkan keyakinan fitrah pada sang bayi agar kelak tumbuh sebagai insan mulia dan diridhoi Tuhan. Begitu juga bagi ummat non-muslim, bayi yang baru lahir disambut dengan baik bahkan dirayakan dengan pesta meriah. Peran dan tanggung jawab orang tua sangat besar untuk mengaktualisasikan nilai fitrah pada balita. Dan setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk melaksanakan hal tersebut.

2. Aktualisasi Fitrah Agama Pada Anak

Aktualisasi ini dimaksudkan bagaimana pendidikan itu dilaksanakan, khususnya pendidikan agama oleh orang tua terhadap putra-putrinya supaya menjadi anak yang sholeh. Agar stigma ini tercapai, setidaknya orang tua akan melakukan penamaan akhlak dan budi pekerti yang baik.

Biasanya pada anak terdapat masa estetik yang dikenal juga dengan perkembangan rasa keindahan. Nuansa perkembangan anak yang tampak adalah terutama fungsi panca indera. Panca indera sangat peka, dan saat itulah muncul gejala kenakalan yang umum berkisar antara usia 3-5 tahun. Tidak jarang anak menentang kehendak orang tuanya, egoisme mendadak tinggi, sembrautan, cengeng dan lain sebagainya. Oleh karena itu, orang tua diharapkan bisa mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang positif seperti: mengajak mereka (si anak) beribadah bersama, mengajarkan pelajaran agama terutama pendidikan akhlak dan mengajarkan budi pekerti yang baik, sehingga anak tersebut terbiasa dengan tingkah laku sebagaimana diajarkan.

3. Aktualisasi Fitrah Agama Pada Remaja

Untuk memudahkan pembahasan, saya akan mengklasifikasikan masa remaja menjadi beberapa spektrum, yaitu : a). Masa remaja awal ; b). Masa remaja madya ; c) Masa remaja akhir

a. Masa Remaja Awal

Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif yang biasa timbul pada umumnya. Kaidah negatif yang sering timbul semisal rasa tidak senang, malas, kurang suka gerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur lebih besar porsinya dan lain sebagainya. Gejala ini kerapkali menuai pertanyaan para ahli, sehingga mereka menyebutnya sebagai gejala yang mempunyai pangkal biologis. Keadaan ini membawa perubahan-perubahan yang cepat dalam diri si remaja tersebut. Apabila orang tua tidak mampu membimbing dan mengarahkannya pada perilaku baik, maka sikap-sikap buruk akan senantiasa melingkupi setiap tingkah laku sang remaja yang bersangkutan.

b. Masa Remaja Madya

Untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah dialami pada masa-masa sebelumnya. Kesepian dalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang mengerti dan memahaminya dan juga menerangkannya. Reaksi pertama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batin itu ialah proses terhadap sekitarnya yang dirasa sekonyong-konyongnya menelantarkan dan memusuhinya.

Langkah selanjutnya adalah kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Teman yang dapat memaknai suka dan dukanya. Disinilah mulai tumbuh dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantang dijunjung tinggi dan dipuja. Pada era ini remaja biasanya mengalami goncangan batin.

Proses terbentuknya pendirian hidup, pandangan hidup dan cita-cita itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi keremajaannya. Secara ringkas, proses ini dapat dideskripsikan melalui tiga langkah berikut : (1) Remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja dari keadaan kehidupan batin. Demikian itulah maka terlahir sajak-sajak alam, (2) Rasa kebangsaan tumbuh dengan subur, (3) Remaja tiba-tiba mulai menentukan pendirian hidupnya ke depan.

Dengan gejala-gejala yang tumbuh seperti di atas, tanggung jawab orang tua adalah mengarahkan pada pendidikan agama dan segala sesuatu yang bersifat agamis. Sehingga mereka mengerti tentang kehidupan yang baik dan taat terhadap peraturan yang telah disepakati dan berlaku baik ditingkat keluarga, masyarakat maupun negara.

c. Masa Remaja Akhir

Setelah remaja menentukan sikap kemandiriannya, berarti tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan masa keremajaanya. Yaitu menentukan pendirian hidup. Maka kemudian termasuklah aktualisasi nilai fitrah terhadap orang dewasa.

Dari eksplikasi di atas, dapat dikonklusikan bahwa nilai-nilai fitrah agama seyogjanya dilakukan secara bertahap menurut kadar usia (umur) manusia itu tersendiri. Oleh karena itu, pengaplikasian nilai fitrah agama dalam realitas kehidupan memerlukan durasi waktu yang relatif lama. Karena fitrah itu sendiri membutuhkan bimbingan yang efektif dan efisien. Amien